Perjuangan Mendapatkan Pendidikan Yang tidak Gratis

 Aku termenung sejenak sambil duduk di kursi ruang tunggu depan TU Campus, harapan besar ingin mengikuti sidang thesis terhenti karena biaya yang belum akuk penuhi.

Berusaha negosiasi dengan uang hasil pinjaman dari teman demi ikutan sidang namun tetap tidak bisa. “maaf bu, ini sudah jadi keputusan campus, kalau ikut sidang harus sudah menyelesaikan administrasi minimal 80% , lelaki tinggi putih itu berucap”.

Aku berusaha meyakinkan, “setelah dapat kerjaaan baru akan melunasinya karena saat ini sedang menganggur, nyari kerja susah, apalagi anak sedang sakit”.

Bayangan perjuangan aku saat berusaha mengikuti rangkaian pembelajaran di campus baik online maupun ofline, saat harus bimbingan  tidak ada ongkos nya terpaksa harus ikut nebeng mobil truk teman yang akan menarik bibit ke Bogor tengah malem bawa anak, saat Hp kentang yang terbatas kapasitasnya hingga sekarang ada laptop hasil nyicil dengan tenaga sebagai bayarannya mengerejakan pekerjaan orang lain semua aku lakukan dan alhamdulillah semua bisa terlewati hingga saat ini, namun saat mau finish tetap terpentok biaya.

Semangat yang ada pada diriku ini tak bisa dipendam apalagi jika ada kesempatan untuk terus menimba ilmu, waktu itu saat sedang meangantar atasan bertemu dengan seorang professor yang akan kerjasama dengannya beliau menawarkan kuliah S2 yang bayarannya dari hasil kerja, cita-cita yang sudah kkutulis dalam buku harianku akhirnya tercapai namun tak seindah dan semudah harapan harus berjuang mati-matian untuk terus melanjutkn hingga selesai.

Aku pun teringat saat kuliah sebelumnya dimana aku harus bertarung dengan waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat menyelesaikannya. Karena aku dilahirkan bukan dari kalangan yang berada, kedua orang tua pun sudah meninggal saat aku duduk di kelas satu bangku sekolah dasar. Aku tinggal bersama kakakku, semenjak SMP  sudah belajar mengajar sekolah diniyah dan memenuhi kebutuhan pribadi dari gaji hasil mengajar tersebut.

Setelah  lulus SMA aku mengajar di sekolah dasar negeri, ingin melanjutkan kuliah tapi tak ada biaya selang setahun aku memberanikan diri untuk melanjutkan kuliah. Dengan perjuangan yang luar biasa dan kerja sampingan dengan jadi guru privat akhirnya kuliah S1 berhasil di tuntaskan. Namun jurusan yang kuk ambil tidak linier dengan pekerjaan, otomatis kalau ingin menunjang karir harus linier.

 Dunia pendidikan yang terus berinovasi dan berkembang sehingga guru-guru yang mengajar harus profesional disyaratkan dengan pendidikan yang linier jadi pada waktu itu aku harus mengikuti perkuliahan akselerasi jurusan yang sesuai dengan pekerjaan.

Kuliah akselerasi pun telah berhasil terlewati dengan segala perjuangan dan rintangan yang membuatku mati-matian akhirnya tiba waktunya untuk wisuda yang kala itu tak ada keluarga yang menghadirinya but, no problem, ada banyak teman yang saling mengucapkan selamat.

Kebetulan waktu itu sekalian mengasah kemampuan make over ku dengan mendandani teman-teman sekamar yang berjumlah empat orang. Mereka antri untuk kudandani mulai dari pukul tiga dini hari setelah selesai mereka lanjut ku rias diri sendiri walau keteteran waktunya namun selesai tepat waktu karena bus yang akan membawa kami ke gedung tempat wisuda sudah membunyikan klakson beberapa kali itu tanda bus akan berangkat yang menunggu kami.

Semangatku untuk mencari ilmu tidak hanya sampai disitu setiap ada kesempatan selalu ku gunakan sebaik mungkin, selang setahun dari itu aku ikuti lagi perkuliahan bahasa, jurusan yang ku ambil bahasa Inggris karena aku bercita-cita ingin bisa ke luar negri lewat jalur bisnis dan pendidikan yang sedang ku rintis saat ini. Sebelum masuk kuliah bahasa aku mengikuti kursus Bahasa Inggri karena ketertarikanku terhadap bahasa begitu besar jadi aku masuk kuliah bahasa.

Dengan beberapa kali mengikuti kursus dan kuliah membuatku mudah bergaul dengan siapa pun dan dimana pun, terbuka banyak peluang untuk terus berkembang dan maju, sehingga aku berusaha merintis tempat bimbel agar bisa membantu warga sekitar dan anak-anak yang semangat mau belajar namun terbatas biaya akhirnya ku buka kelas gratis. Meski sebenarnya aku sedang butuh uang untuk menuntaskan kuliahku.

Kembali kupandangi hasil potokopi thesisku, entah bagaimana nasib berikutnya lanjut atau berhenti sampai disini, seraya berdoa dalam hati semua pasti ada jalnnya. Kemudian aku pulang dengan badan yang lemas dan lelah, naik ojol ke terminal bus setibanya disana aku langsung naik bus dan menyandarkan badan yang sejak tadi udah mulai kehabisan tenaga dan tertidur di bangku ke dua belakang sopir.

Pada satu kesempatan aku mendapat panggilan dari Balai Besar Pelatihan Banadung untuk bisa mengikuti pelatihan Upgrading Metodologi, seolah dapat energi lagi aku langsung persiapan untuk segera berangkat ke Bandung tanpa pikir panjang lagi padahal waktu itu sedang bulan puasa, ku titipkan sang buah hati pada saudaraku, walau sebenarnya gak tega tapi mau gimana lagi, ini kesempatan yang tidak bisa aku sia-siakan.

Disana aku bertemu dengan teman-teman baru lintas pulau kemudian bertukar cerita dan pengalaman, aku merasa bangga pada mereka jiwa muda yang sudah mengupgrade diri dengan banyak kompetensi yang mereka miliki sehingga terbuka peluang besar untuk mencapai kesuksesan dan membawa harum nama daerah dengan ilmu dan kemampuan mereka di beberapa bidang tentunya.

Dari sini saya banyak belajar betapa pentingnya kita mewariskan ilmu kepada keturunan karena akan lebih besar manfaatnya sebagai bekal untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Dan pesan saya kepada pembaca jangan gampang menyerah hanya karena satu masalah, karena sesungguhnya masalah itu hadir untuk mendewasakan kita, beranilah dalam melewati perjlanan hidup yang setiap orang pasti akan menghadapinya. Ibaratnya kita bermain game semakin terus kita naik level maka reaword yang di terima pun akan lebih banyak lagi, bertaburan diamond-diamond dan cuan pun akan berdatangan tanpa kita harus bersusah payah lagi.



Komentar

Postingan Populer