DEPRESI

 DEPRESI

Tiga tahun telah berlalu, aku berada di titik terendah, jatuh dan tersungkur, tak ada lagi semangat dalam diri yang ada hanya kekecewaan dan rasa sedih, rasa iini memang tak dapat di pungkiri dan tidak boleh di abaikan, namun apalah daya , aku hanya seorang diri menjalaninya, dengan segala beban yang harus ku terima dengan segala konsekuensinya.

Entah dari mana awalnya , aku berusaha mencari alur dari awal ujian  ini di mulai, dan aku sadari bahwa diri ini yang salah, ada luka batin yang masih ingin ku sembuhkan namun nyatanya malah terperangkap pada luka itu lagi yang semakin terasa efeknya hingga kini.

Jangankan memotivasi orang lain dirisendiri aja sekarang udah mau nyerah, semua terasa buntu. bagai mana tidak hidup berkelana seorang diri dengan beban di pundak yang begitu besar, tak punya tempat untuk pulang.

Sore itu aku menuju stasiun kreta api, entah kemana tujuan mata kaki ini melangkah yang jelas ingin pergi menjauh dari semua orang dan meninggalkan daerah kecil yang di sebut kampung halaman dimana orang-orang akan selalu merindukan kampung halaman tidak halnya dengan diriku karena aku tidak memiliki kampung halaman tempat kembali, semua peninggalan orant tua sudah tidak tersisa sementara saudara yah hanya tinggal sebutan saja "saudara" nyatanya aku tidak bisa memaknai arti saudara yang seharusnya jadi tempat berbagi dan bercerita berbagai hal tapi ternyata curhatanku hanya sekedar angin lalu tak pernah dihiraukan, kesulitanku tak dianggap hingga aku merasakan hanya seorang diri menggembara di kampung halaman sendiri. 

Setelah terbaring sakit beberapa minggu dengan gejolaknya pikiran di kepala rasanya aku ingin meninggalkan dia  dan pergi sejauh mungkin, namun setelah menjelang malam dia terus video call tak henti dan sesekali mengirimkan voice note sambil menangis memintaku untuk pulang. Rasa lelah pada diri dan kasihan terus bertengkar antara nekat pergi atau pulang kembali ke rumah kontrakan itu.

Hati seorang ibu tak bisa di pungkiri meski berat untuk kembali akhirnya kalah juga karena kasihan anak sekecil itu ditinggalkan seorang diri namun bagaimana juga mentalku sedang tidak baik-baik , aku takut dia akan jadi sasaran atas ketidakmampuan diri mengelola emosi, mungkin aku butuh menjauh sebentar saja hanya sebentar, Tuhan. boleh kan?

Akhikhirnya egoku runtuh dan kembali pulang setelah seharian aku berjalan kaki menyusuri kota, dan kulihat mata nya yang sudah sembab dan bajunya  berantakan, andai saja dia sudah bisa mandiri,  buka celana untuk pipis pun bisa sendiri tak akan ada hal yang membuatku terauma menjalin hubungan dengan sesorang. Kupeluk dia erat sambil tak bisa menahan air mata sejak tadi dia belum makan apa pun, dia ketakutan sendiri, Tuhan jika boleh aku memohon panjangkan umurku agar bisa melihat dia bisa mandiri, bahagia dan sukses. karena kami hanya berdua aku mencoba menghubungi saudara-saudraku tidak ada yang menyahut padahal kulihat di sosmed-sosmednya aktif. 

Saat ku baca berita tentang seorang ibu yang tega membunuh anaknya kini aku mengerti bagaimana perasaan seorang ibu itu yang dengan mental hancur sementara beban di pundaknya begitu besar dan lingkungan sekitar yang kurang peka hingga akhirnya iblis menguasai perasaannya. Tidak lantas kita asal mengucapkan komentar dan menyalahkan perilakunya karena bisa jadi dia nekat melakukannya karena dia juga tidak tahan dengan himpitan kehidupan dan ketidak pedulian kita sendiri.

Ini seperti halnya yang terjadi pada diriku padahal di sekelilingku banyak orang hebat tapi saat di mintai bantuan dengan berbagai alasan tidak bisa. Dengan latar belakang mereka orang hebat yang seharusnya bisa menolong puny nyatanya krisis kepedulian.

Kini Hanya bisa berdoa semoga Tuhan meyelamatkan jiwa raga mental ibu-ibu yang tangguh dengan segudang beban yang harus di tanggungnya seorang diri. 

Seberat apapun masalah hidup sebutlah asma NYA, walau berat kita bertarung dengan iblis yang ingin menguasai jiwa raga kita, namun ketika semua tidak bisa di tangani sendiri peran dari berbagai pihak pun di perlukan mari sejenak kita peka pada lingungan sekitar kalaupun tidak bisa yang paling dekat saja di rumah. Hal kecil  seperti  menanyakan kabar saja itu bisa membantunya.

Buat kalian perempuan pejuang nafkah jangan sedih ada Allah bersama orang-orang sabar. setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Percaya dan Yakinlah pada Sang khalik yang menciptakan kita semua dengan berbagai keadaan sesuai dengan rukun iman yang ke enam yaitu percaya pada qodo dan qodarnya, yakin Sang Kholik tidak akan mendzolimi hambanya seperti makhluknya yang lain, dengan membiarkan kita dalam kesulitan tanpa di beri jalan keluarnya.





Komentar

Postingan Populer